Related Websites

Minggu, 19 April 2009

Kisah Sedih Para Calon Legislator Tidak Terpilih

Kisah Sedih Para Calon Legislator Tidak Terpilih

Prosesi pesta rakyat khususnya pemilu legislatif telah usai pada tanggal 9 April lalu, namun hal tersebut menciptakan persaingan keras bagi calon legislatif baik di internal dan eksternal partai politik. Sebab sebanyak 11.215 caleg memperebutkan 560 kursi DPR, dan 1.109 orang bersaing mendapatkan 132 kursi DPD. Selain itu, sekitar 112.000 orang bertarung untuk mendapatkan 1.998 kursi di DPRD provinsi dan 1,5 juta orang bersaing merebut 15.750 kursi DPRD kabupaten/kota, (www.kpu.go.id). Namun pada Pemilu legislatif 2009 terdapat banyak kisah cerita calon anggota legislatif (caleg) yang tidak menunjukkan perolehan suara signifikan menjadi bahan pembicaraan di mana-mana. Ada yang unik, lucu, bahkan menyedihkan. Di antara mereka malah ada yang memilih jalan pintas, bunuh diri karena malu perolehan suaranya jauh di bawah estimasi semula.
Kecewa memang bisa dimaklumi, tapi kalau harus mengakhiri hidup, itu sudah di luar akal sehat. Seperti yang dilakukan Sri Hayati, calon anggota legislatif Kota Banjar, Jawa Barat, dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) nomor urut 8 itu ditemukan tewas di sebuah gubuk di tengah sawah. Berdasarkan hasil penghitungan sementara perolehan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Banjar hingga Selasa, 14 April siang, Sri hanya mendapat tidak lebih dari 10 suara di daerah pemilihan Banjar I yang meliputi Kecamatan Banjar dan Purwaharja.
Hingga saat ini sudah tak terhitung lagi kasus caleg mengalami depresi karena terciumnya kekalahan dari sebuah ambisi tak berbatas. Tingkah laku mereka bermacam-macam. Ada yang linglung, ada yang mengamuk, meminta kembali sarung bantuannya, atau meminta tim sukses mengembalikan biaya selama kampanye, mengusir penduduk yang menempati tanahnya karena kebetulan dia adalah tuan tanah.
Pertarungan senantiasa menghasilkan dua kemungkinan; kalah dan menang. Sehingga menjadi tak elok bila setelah pesta demokrasi lima tahunan itu digelar, para pesertanya malah tidak siap pada dua kemungkinan itu. Pendirian klasik kerap ditemui, hanya siap menang tapi tak siap kalah. Biaya tinggi selama sosialisasi dan kampanye selalu menjadi alasan mengapa seseorang tidak siap kalah. Padahal baiaya-biaya itu adalah harga yang harus dikorbankan.
Namun, sebagian kecil saja di antara mereka yang menganggapnya lumrah. Biaya besar tersebut apapun alasannya harus kembali, atau paling tidak mendatangkan kemenangan, sementara biaya besar tidaklah berbanding lurus dengan kemenangan.
Saat ini perhitungan manual oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih berlangsung. Meski sudah ada kepastian kemenangan partai versi lembaga penghitung cepat, versi KPU tetap saja dinanti, karena versi inilah menjadi dasar resmi satu-satunya dari seluruh keputusan menang-kalah itu. Di tangan KPU dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), para petarung menggantungkan nasib. Pasalnya, bila panitia melakukan kesalahan penghitungan, disengaja atau tidak, maka seorang caleg akan bernasib lain.
Hari-hari menegangkan sesungguhnya terjadi bukan pada saat kampanye, melainkan beberapa hari setelah pemberian suara oleh rakyat. Karena itu, bila hingga hari ini kita masih menemukan atau mendengar tingkah laku aneh para caleg, maka hal itu menjadi lumrah. Sebab, hari-hari itu merupakan hari-hari yang panjang dan melelahkan.
Terasa panjang karena menanti sebuah kepastian yang justru mengaduk-aduk perasaan; cukup atau tidak perolehan suara partainya untuk harga sebuah kursi. Kalaupun cukup, apakah kursi itu untuk dia atau justru buat kader lain separtai.
Tulisan ini bukan bermaksud under estimated terhadap para calon legislatif yang tidak meraih pada pemilu legislatif 2009 kali ini. Tetapi lebih mengajak bagaimana caranya untuk membangun cara berfikir dan memiliki sikap yang cerdas dalam menerima kekalahan , serta peran partai politik dalam membangkitkan semangat caleg yang tidak terpilih.
Bersikap Positif
Pola berfikir yang harus dibangun yaitu menganggap seluruh biaya yang dikeluarkan selama bertarung memperebutkan kursi legislatif sebagai sedekah kepada masyarakat. Apa yang telah diberikan kepada masyarakat jangan dianggap sebagai nilai yang harus dibayar masyarakat dengan suara di hari pemilihan umum. Berfikir seperti itu , para caleg yang tidak terpilih secara tidak langsung adalah orang yang mengabdikan diri kepada Negara dan masyarakat. Sebab tidak terpilihnya para caleg yang telah berjuang pada pemilu legislatif kali ini, bukan berarti ‘kalah’ dalam segalanya. Hal yang harus ditunjukkan kepada masyarakat adalah sikap siap kalah secara berani. Sebab hal tersebut dapat membangun kedewasaan politik, kecerdasan politik dan ketulusan atau keikhlasan politik. Keikhlasan politik hanya dapat terjadi jika di dalam diri para politisi telah tertanam motivasi dalam perjuangan politiknya, yakni ingin menyejahterakan rakyat, tidak lebih. Ketiadaan keikhlasan dalam berpolitik biasanya selalu melahirkan kekecewaan dan penyesalan ketika menghadapi kekalahan. sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan caleg yang gagal terpilih akan menderita depresi, karena masih ada keluarga dan kelompok masyarakat terdekat yang mampu membantu mencegah timbulnya depresi.
Calon anggota legislatif bisa mendapatkan nomor urut karena direkut oleh partai politik. Beberapa alasan partai politik melirik caleg yang bersangkutan karena memiliki kapasitas, kualitas bahkan karena popularitas. Namun, beberapa caleg memberanikan diri untuk mendaftar ke partai politik dengan berbagai alasan, diantaranya ikut merubah nasib bangsa, hanya sekedar coba-coba sampai hanya untuk memenuhi kuota tertentu.
Untuk itu, kini saatnya partai politik ikut andil dalam membina kembali para celeg yang telah berjuang untuk partainya. Jangan hanya mengambil untung dari para caleg, namun disaat mereka membutuhkan bantuan, para pengurus parpol seakan tutup mata dengan keadaan ini. Parpol harus memberikan dukungan dan bimbingan moral kepada para caleg yang gagal bahwa jabatan sebagai anggota legislative bukanlah satu-satunya jalan untuk mengabdi. Masih banyak lahan untuk memberikan darma bhaktinya untuk ibu pertiwi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar